Senin, 05 Desember 2011

Berani Merantau

Berani Merantau
sumber:entrepreneuruniversity.co.id

"Kita itu memang harus, punya keberanian merantau. Sebab, dengan keberanian
merantau, kita akan lebih bisa percaya diri dan mandiri." Purdi E. Chandra.


BANYAK entrepreneur yang sukses karena ia merantau. Orang Tegal sukses dengan warteg-nya di Jakarta. Begitu juga orang Wonogiri sukses menekuni usaha sebagai penjual bakso. Orang Wonosari sukses sebagai penjual bakmi dan minuman. Sementara orang Padang, sukses dengan bisnis masakan Padang-nya.

Bahkan, orang Cina pun banyak yang sukses ketika dia merantau keluar negeri. Dan, tak sedikit pula, orang Jawa yang sukses sebagai transmigran di Sumatera. Juga banyak orang dari luar Jawa yang sukses bisnisnya ketika merantau di Yogyakarta. Tapi banyak juga orang Yogya yang sukses menjadi pengusaha atau merintis kariernya, ketika merantau di Jakarta. Hal itu wajar terjadi, karena orang-orang tersebut memang punya
keberanian merantau.

Sebenarnya, apa yang diungkapkan di atas hanyalah sekedar contoh, bahwa orang
bisa sukses sebagai entrepreneur, kalau orang tersebut memiliki keberanian merantau.
Mengapa demikian?

Menurut saya, keberanian merantau itu perlu kita miliki, karena dengan merantau berarti kita berani meninggalkan lingkungan keluarga. Sebab, ketika kita berada di lingkungan keluarga, meskipun kita sudah tumbuh besar atau dewasa, namun tetap dianggap sebagai anak kecil.

Sehingga, hal itu akan membuat kita tergantung dan tidak mandiri. Akibat dari itu sangat jelas, kita mudah patah semangat atau putus asa. Tidak berani menghadapi tantangan atau risiko bisnis. Kita pun akan mudah tergantung pada orang lain.

Tapi beda halnya. kalau kita berani merantau. Hal itu berarti kita siap menjadi “manusia baru”. Kita harus siap menghadapi lingkungan baru, yang barangkali tak sedikit tantangan yang harus dihadapi. Dan, jika saat dulu kita belum tahu apa sebenarnya kelemahan kita, maka dengan merantau hal tersebut bisa diketahui. sedikit demi sedikit kelemahan tersebut akan kita perbaiki di tanah perantauan. Itulah sebabnya mengapa saya yakin, keberanian merantau yang membuat kita punya jiwa kemandirian itu, akan membuat kita lebih percaya diri dalam setiap langkah dalam bisnis maupun karier.

Jadi singkatnya, merantau itu akan membuat kita berjiwa “tahan banting”. Katakanlah, kalau usaha kita ternyata jatuh dan gagal, kita tidak terlalu malu, toh itu terjadi di kota lain. Dengan kata lain, berusaha di kota lain akan mengurangi beban berat, bila dibandingkan dengan merintis bisnis di kota kita sendiri.

Selain itu, keberanian merantau ke daerah lain, akan membuat kita dapat menyelesaikan persoalan sendiri. Bahkan, kita akan merasa tabu terhadap bantuan orang lain. Kita ada rasa untuk tidak mau punya hutang budi pada orang lain.

Oleh karena itulah, saya berpendapat, bahwa sesungguhnya ke-mandirian itu adalah semangat paling dasar dari kita untuk bisa meraih kesuksesan. Dan, alangkah baiknya jika sikap mandiri semacam itu bisa kita bentuk sejak kita masih sekolah.

Maka, jika kita ingin menjadi entrepreneur yang mampu meraih sukses dan “tahan banting”, salah satu kuncinya adalah kemandirian itu sendiri. Dan, kemandirian akan muncul jika kita berani merantau. Buktikan sendiri.

iseng anak rantau

MERANTAULAH ANAK MUDA!

August 22, 2011 4 Comments
sumber:smartgeneration.wordpress.com

Janji Anak Rantau, pertama, ‘Jadi’ Orang, kedua, ‘bawa’ anak orang, ketiga, ‘dikejar-kejar’ orang, dan keempat, diingat orang. ‘Kesuksesan’ anak rantau akan dipertanyakan bila tidak atau belum  melunasi salah satu janji-janji itu

tips and trik merantau

#MERANTAU

August 22, 2011 2 Comments
sumber:smartgeneration.wordpress.com


Yang tertarik merantau, ini tips and triknya, berdasar pengalaman pribadi..bole ditambahkan agar para blogger lebih sempurna menjalaninya dan menjadi lebih baik. Aamin.
Mau lebih baik, #merantaulah..karena, kita ‘terpaksa’ harus memakai cara yang lebih kreatif menghadapi lingkungan yang beda
Selain itu #merantau dapat mengembangkan kualitas dan kapasitas diri agar lebih maksimal menjawab tantangan zaman
#merantau mempercepat proses pendewasaan diri seseorang, karena ia dituntut lebih bertanggung jawab terhadap hidupnya
Namun, bila #merantau hanya sekedar ‘berpindahnya’ fisik bukan akal apalagi jiwa (baca: mindset) perubahan yang diharapkan sulit terjadi
Ketika #merantau, kita akan dihadapkan dengan banyak kebaikan, namun jalannya terjal
Di sisi lain, kesenangan selalu mengikuti, dan sesekali menggoda untuk dihampiri #merantau
Dalam konteks ini, sebenarnya jawabannya sudah mudah, namun inkonsistensi sering terjadi #merantau
Untuk itulah, peran lingkungan ketika #merantau menjadi penting
Lingkungan di sini, terkait dengan rekan2 dan tetangga di sekitar tempat tinggal atau kondisi psikologis yang hadir #merantau
Kondisi psikologis yang dimaksud, apakah daerah rantau yang kita tinggali, berada di dekat kampus, pusat hiburan, rumah ibadah, …
pilihan tersebut akan menentukan siapa diri ini pasca merantau secara tidak langsung #merantau
Karena tantangan yang diterima, sebanding dengan pilihan yang telah ditentukan dan kemampuan diri menghadapi #merantau
Ada yang berhasil, maka ia ‘jadi orang’…yang belum nikah, ‘bawa anak orang’ #merantau
Namun, tidak sedikit ‘dikejar-kejar’ orang, karena membuat masalah atau mampu memberikan manfaat #merantau
Dan berikutnya, ia mampu ‘diingat orang-orang’, karena konsistensinya dalam berkontribusi dan berprestasi #merantau
Pilihan untuk #merantau, harus lahir dari kesadaran diri atau utamanya dari tekad dari dalam diri untuk lebih baik
Bila hanya sekedar ‘ikut’ atau ‘terpaksa’, memang tidak lebih baik, namun, ekstra hati-hati #merantau
Semuanya berbeda dan berubah. Kadang ekstrim. Bila adaptasi tidak terjadi, maka nasibnya akan seperti dinosaurus:) #merantau
Karena konsekuensinya, bukan hanya saat #merantau namun sesudahnya, akan sedikit banyak mengubah hidup yang sudah dijalani selama ini
Bisa lebih baik, karena terjadi cross culture, namun juga shock culture pada diri atau lingkungan yang kita didiami saat merantau atau ketika harus kembali ke daerah asal #merantau
Oleh karena itu, anak rantau, selain perlu memperhatikan lingkungan, juga harus lebih komunikatif #merantau
Maksudnya, agar lingkungan atau orang-orang disekeliling, dapat belajar memahami karakter dan menerima kita apa adanya #merantau
Pola komunikasi yang baik, akan membuat kita lebih mudah menyatu dengan kondisi dan keadaan baru yang hadir #merantau
Dengan #merantau, kita lebih bijak menerima perbedaan dan terbuka menerima perubahan
#merantau memang sudah menjadi kearifan lokal masyarakat kita, namun, sayangnya masih sebatas pada pemenuhan standar materi saja
Ini yang membuat makna #merantau, tereduksi dan kurang mampu memperbaiki negeri ini
Karena pada hakikatnya #merantau merupakan salah satu cara seseorang untuk lebih baik secara personal, komunal, dan sosial.
Anak rantau sebenarnya lebih bebas berekspresi karena sejak awal sudah mendapat dukungan dari diri, keluarga, dan lingkungan #merantau
Yang belum dibahas dari tadi soal keluarga, bagaimana bila kurang mendukung ? #merantau
Idealnya, soal ini, tweeps ikut bantu:), karena soal dukungan keluarga, awalnya kami pun susah mendapatkannya #merantau
Jadi untuk dukungan keluarga, yang perlu, hanya Membuktikan. Bahwa hidup yang akan kita jalani di daerah rantau BEDA.
Pertama, Share soal hidup dan visi yang kita miliki
Libatkan keluarga dalam hidup dan visi kita, jadikan mereka bagian terpenting dalam rencana itu #merantau
Karena pada akhirnya, niat ini utk kebahagian mereka #merantau
Bila masih belum membuat keluarga yakin, minta izin kepada mereka, dalam sebuah time frame (batas waktu) terhadap targetan yang ingin kita raih selama #merantau
Satu tahun waktu yang cukup. Dalam fase ini, cobalah konsisten untuk memberitahukan aktivitas kita sehari-hari maupun manfaat sudah yang kita terima selama #merantau
Kedua, Mandiri. Kedua, Mandiri. Alangkah indahnya, bila ketika kt dpt hdp mandiri baik secara personal, sosial, maupun finansial
Terlepas keluarga mampu atau tidak, kemandirian kita, jaminan bahwa kita serius untuk lebih baik dan menjadi dewasa
Untuk melatihnya, kita bisa ikut organisasi, menulis, magang/part timer, memperoleh beasiswa, asisten dosen/tutor/tentor privat, berwirausaha, Ikt kompetisi, riset.. #merantau
Ketiga, terbuka. Kabar baik dari kita adalah kebahagian keluarga dan semua #merantau
Kalau pun sedang sedih, susah, sakit saat #merantau anggaplah itu warna hidup dan cerita utk mereka NANTI. Atasi dulu utk menguji kemampuan dan kemandirian kita #merantau
Ngga enak memang karena merasakannya sendiri, tp, setelah itu hidup akan terasa lebih indah dan bermakna #merantau
Sampai pada fase ini, Mental dan karakter jadi terasah #merantau

Motivasi Bepergian untuk Menuntut Ilmu dari Imam Syafi'i

Motivasi Bepergian untuk Menuntut Ilmu dari Imam Syafi'i
sumber:indonesiaoptimis.com

Imam Syafii bukan hanya dikenal sebagai ahli fiqh, namun juga pakar di bidang sastra. Bait demi bait nya sangat menggugah terasa, kental dengan nuansa sastra balaghoh yang tinggi. Dewan Syafii menjadi kumpulan syairnya yang banyak dikenal dan dipelajari, dan sebagian terpatri begitu dalam di hati, dan menjadi jargon khususnya di kalangan santri. Pada postingan sederhana kali ini, sekedar mengcopy paste kultwit di twitter beberapa hari yang lalu tentang syair beliau yang menggugah dan memotivasi dalam merantau. Syair ini begitu menyemangati saya, khususnya saat mengembara menuntut ilmu Sudan beberapa tahun yang lampau.

تغرب عن الأوطان في طلب العلا ... وسافر ففي السفار خمس فوائد
تَفَرُّجُ هم ، واكتساب معيشة ... وعلم وآداب ، وصحبة ماجد

1. imam syafii selain dikenal ahli fiqh, beliau juga pakar sastra, diwan syafi'i adalah salah satu magnum opusnya dibidang sastra #merantau

2. salah satu bait puisi yang sangat indah dikenang adalah tentang #merantau, cocok bagi yang sedang kuliah atau kerja di tanah orang

3. beliau memotivasi kita untuk #merantau dan mengatakan dengan tegas : pergilah dari tanah airmu untuk mencari prestasi yang tinggi mulia !

4. maka #merantau lah, karena dalam bepergian dan perjalanan setidaknya kita akan temukan lima manfaat besar di dalamnya

5. dengan bepergian #merantau, salah satu manfaatnya adalah menghilangkan kejenuhan dan kesedihan, melepas pikiran kusut dan menyegarkannya

6. #merantau juga membuka wilayah mengais rizki yang lebih luas, di bumi Allah yang luas inilah ditebarkan rejekiNya ke segala penjuru arah

7. rasulullah SAW juga #merantau saat masih kecil untuk berdagang bersama pamannya, dan begitupula saat remaja menjelang dewasa

8. dalam banyak ayat kita diminta #merantau dlm arti menyebar ke seluruh bumi, mencari rejeki Allah SWT, dengan senantiasa berzikir

9. manfaat #merantau berikutnya adalah mendapatkan dan meningkatkan ilmu, karena setiap tempat ada alimnya, dan setiap alim ada ilmunya

10. #merantau adalah kebiasaan para ulama, jadwal rutin mengais ilmu dari satu guru ke guru lainnya, menelusuri lembah, gurun bahkan lautan

11. dengan #merantau kita juga belajar budaya, adat dan kebiasaan orang. semakin banyak bertemu orang, kita belajar mengenal ragam karakter

12. mengenal seluk beluk adat kebiasaan, memahami cara pandang yang berbeda, akan memperlapang dada kita saat harus berbeda #merantau

13. dengan #merantau kita bertemu sahabat baru, teman yang akrab, dan tentu saja jaringan yang menjanjikan, ubahlah jadi harapan masa depan

14. itulah lima manfaat #merantau yang digubahkan imam syafii dalam syairnya, dan beliau sendiri telah membuktikan dalam kehidupan nyatanya

Semoga bermanfaat dan salam optimis.

Tradisi Merantau & Wirausaha

Burjo Kuningan - Tradisi Merantau & Wirausaha
Written by Mang Kabayan
Tuesday, 09 March 2010 04:19
sumber:kasundaan.org

Tradisi merantau dan berwirausaha ikut mengubah wajah pedesaan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tradisi itu pula yang membawa pemuda Kuningan berhasil menaklukkan kehidupan.Para perantau asal Kuningan dikenal sebagai wiraswasta ulung dan tangguh. Mereka menyebar dan mendirikan usaha kecil-kecilan, tetapi menggurita. Salah satu usaha yang cukup dikenal luas adalah warung bubur kacang hijau alias burjo yang sudah menjadi bagian dari kehidupan warga kota.

Para perantau ini melanjutkan tradisi yang diawali Salim Saca Santana, mantan Lurah Kaliwon Desa Balong, Kecamatan Garawangi Utara, 60 tahun silam. Karena ekonomi desa sulit, Salim berjualan bubur untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Dalam buku Mengawetkan Pengalaman: Dinamika Warung Bubur Kacang Hijau Kuningan yang ditulis Sukiman, disebutkan bahwa Salim menyebarluaskan resep membuat burjo kepada warga desanya. Pada 1950, lima pemuda membawa resep itu sebagai bekal merantau. Dari situlah cikal bakal para perantau burjo Kuningan berawal.

Kini, setelah 60 tahun berlalu, jumlah perantau dari daerah ini diperkirakan lebih dari 2.000 orang. Mereka berasal dari 20 desa di Kecamatan Sindangagung dan Garawangi, Kabupaten Kuningan. Mereka menyebar, memasuki nadi perekonomian warga di gang-gang sempit di kota-kota besar, seperti Jakarta, di pelosok desa di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, bahkan hingga ke luar Jawa. Mengutip ungkapan E Supardja (65), juragan burjo dari Desa Mekarmulya, Kecamatan Sindangagung, ”Di mana ada denyut kehidupan manusia, di sanalah perantau burjo ada.”

Jangan dibayangkan mereka datang dan merintis bisnis dengan berbagai keahlian atau modal miliaran rupiah. Perantau ini hanya berbekal tekad dan keterampilan membuat bubur serta rasa persaudaraan.

Aci Sukarji (40) adalah juragan warung burjo dari Babakanreuma, Kecamatan Sindangagung, yang merantau hanya dengan modal dengkul. Ia ikut tetangganya yang lebih dulu punya warung di Jakarta, 15 tahun lalu. Selama merantau, Aci bekerja tiga tahun mengumpulkan modal dan pengalaman. Dari sekadar uang receh Rp 1.000-an yang terkumpul, ditambah hasil pinjam bank Rp 1,5 juta, Aci akhirnya bisa mendapatkan modal untuk mendirikan warung.

”Berbekal kacang hijau, mi instan, dan tetangga sebagai pekerja, akhirnya warung itu jalan,” kata Aci, akhir Februari lalu. Penjual burjo yang bertahun-tahun ”mengukur” jalanan Ibu Kota dengan jalan kaki itu kini sudah sedikit nyaman duduk di belakang Toyota Avanzanya.

Namun, tidak semua perantau yang mengandalkan bisnis burjo selalu berujung manis. Jatuh bangun dalam berusaha selalu ada. Mujahid, juragan burjo lain dari Kertayasa, Kecamatan Sindangagung, pernah gagal membangun bisnis burjo di Yogyakarta. Kini ia bangkit lagi dengan bisnis yang sama di desanya. Baginya, laku atau tidak adalah hal biasa dalam berdagang.

Burjo memang bisnis sederhana. Hasil penjualan dikurangi modal dan gaji karyawan, serta sewa tempat selama setahun, adalah pendapatan bersih para juragan. Di warung burjo Toha di Kota Cirebon, pendapatan karyawan yang bekerja 20 hari berkisar Rp 1,5 juta. Adapun sang juragan bisa mendapatkan Rp 2 juta-Rp 4 juta.

Bekal persaudaraan

Para juragan burjo dari Kuningan selalu memegang teguh persaudaraan. Meski sudah sukses dan kaya, mereka tidak lupa kepada tetangga dan sanak saudara di desa. Aci, misalnya, saat membuka warung baru di Jakarta, awal Januari lalu, mengajak tiga pemuda di desanya bergabung untuk bekerja dan belajar di perantauan.

”Daripada setamat SMA menganggur, lebih baik ikut saya. Gaji mungkin tak banyak, tetapi nantinya bisa belajar berwiraswasta,” ujar bos burjo yang punya tiga warung itu.

Meski sama-sama menjalankan bisnis burjo, bukan persaingan yang muncul di antara para perantau ini. Rasa senasib justru lebih mengemuka.

Ketika sakit, Ero (40), karyawan burjo Toha, dibantu teman seperantauannya. Saat krisis moneter melanda, Supardja, juragan burjo, tak pernah mem-PHK karyawan. Dalam kondisi sulit, ”anak didik”-nya rela bekerja meski gajinya tertunda.

Dari cara seperti itulah para perantau asal Kuningan membangun gurita bisnis yang kokoh dan tahan krisis. Selain mencari rezeki, mereka juga membantu kehidupan teman sekampung.

Hasil bisnis burjo tidak sedikit. Jika satu warung bisa menghasilkan Rp 4 juta per bulan, jumlah total pendapatan 1.000 warung dalam setahun mencapai Rp 48 miliar. Jumlah ini hampir setara pendapatan asli Kabupaten Kuningan.

Para perantau itu pun membawa perubahan besar bagi kampung halaman. Di Desa Kertayasa, jalan aspal sudah bukan lagi hal baru. Parabola atau mobil roda empat menghiasi rumah-rumah para juragan burjo yang kini bergelar haji. Jika 20 tahun lalu lulus SMA saja sudah luar biasa, kini—menurut Lurah Kertayasa Oteng Sutara—sudah biasa bila para pemuda kuliah di luar kota.

Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda mengakui, para perantau telah menghidupkan bisnis transportasi dan mengurangi pengangguran. Mereka menggerakkan ekonomi rakyat Kuningan secara keseluruhan.

Tradisi merantau dan berwirausaha inilah yang mengubah wajah kehidupan masyarakat Kuningan. Seperti halnya para penjual jamu dan bakso dari Wonogiri, atau pengusaha warung Tegal dari Jawa Tengah, mereka memilih tidak berpangku tangan. Mereka berdiaspora membentuk kemandirian, mengubah wajah suram tanah asal menjadi sebuah harapan.